Sekedar kebiasaan baik saja, maka bisa jadi tidak berpahala.
Niatkanlah setiap kebiasaan baik kita untuk menjadi ibadah. Karena jika sekedar kebiasaan baik saja maka tidak mendapat pahala. Misalnya:
1. Seorang yang punya kebiasaan baik suka ramah dan tersenyum pada orang lain, akan tetapi ia lakukan hanya sekedar kebiasaan atau karena tidak enak dengan orang. Maka ini tidak mendapat pahala
2. Seorang yang punya kebiasaan ringan tangan, membantu orang lain. Akan tetapi ia lakukan semata-mata hanya karena kebiasaan atau dengan niat, kita harus bantu orang supaya kalau ada apa-apa kita juga dibantu oleh orang lain. Maka ini tidak mendapatkan pahala.
Kebiasaan-kebiasaan ini tidak akan mendapat pahala atau bernilai di sini Allah kalau dilakukan hanya karena kebiasaan. Haruslah dilakukan karena berniat pahala dan niat itu sebanding dengan ilmu. Maka seseorang mendapatkan pahala sesuai dengan niatnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنّمَا الأَعْمَالُ بالنِّيّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امرِىءٍ مَا نَوَى
“Setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan”[1]
Kebiasaan dan hal yang mubah bisa menjadi pahala. Sebagaimana tidur adalah hal yang mubah, tetapi bisa berpahala.
Tentu lebih besar lagi niatnya jika anda semakin ikhlas dan semakin berilmu. misalnya anda hafal haditsnya dan teringat tentang hadits kemuliaan berwajah ceria dan anda ikhlas ketika melakukannya.
Mu’aadz bin Jabal radhiallahu ‘anhuberkata,
أَمَّا أَنَا فَأَنَامُ وَأَقُومُ وَأَرْجُو فِي نَوْمَتِي مَا أَرْجُو فِي قَوْمَتِي.
“Adapun aku, maka aku tidur dan sholat malam, dan aku berharap pahala dari tidurku sebagaimana pahala yang aku harapkan dari shalat malamku”[2]
Ibnu Hajr Al-Asqalani rahimahullahmenjelaskan,
وَمَعْنَاهُ: أَنَّهُ يَطْلُب الثَّوَاب فِي الرَّاحَة كَمَا يَطْلُبهُ فِي التَّعَب, لِأَنَّ الرَّاحَة إِذَا قُصِدَ بِهَا الْإِعَانَة عَلَى الْعِبَادَة حَصَّلَتْ الثَّوَاب
“Maknanya adalah ia mencari ganjaran pahala dalam istirahat sebagaimana ia mencarinya dalam kelelahan (ibadah), karena istirahat jika dimaksudkan untuk membantu dalam beribadah maka akan mendatangkan pahala”[3]
Jadi, jangan sampai kebiasaan-kebiasaan baik kita hanya sekedar kebiasaan semata atau mengalir begitu saja untuk kepentingan dunia tanpa ada orientasi akhirat.
Demikian semoga bermanfaat
[1] HR Al-Bukhari no 1 dan Muslim no 1907
[2] HR Al-Bukhari no 6923 dan Muslim no 1733
[3] Fathul Baari 8/62
Bagi yang men-Share InsyaAllah mendapat pahala yang berlimpah. Aamiin
Niatkanlah setiap kebiasaan baik kita untuk menjadi ibadah. Karena jika sekedar kebiasaan baik saja maka tidak mendapat pahala. Misalnya:
1. Seorang yang punya kebiasaan baik suka ramah dan tersenyum pada orang lain, akan tetapi ia lakukan hanya sekedar kebiasaan atau karena tidak enak dengan orang. Maka ini tidak mendapat pahala
2. Seorang yang punya kebiasaan ringan tangan, membantu orang lain. Akan tetapi ia lakukan semata-mata hanya karena kebiasaan atau dengan niat, kita harus bantu orang supaya kalau ada apa-apa kita juga dibantu oleh orang lain. Maka ini tidak mendapatkan pahala.
Kebiasaan-kebiasaan ini tidak akan mendapat pahala atau bernilai di sini Allah kalau dilakukan hanya karena kebiasaan. Haruslah dilakukan karena berniat pahala dan niat itu sebanding dengan ilmu. Maka seseorang mendapatkan pahala sesuai dengan niatnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنّمَا الأَعْمَالُ بالنِّيّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امرِىءٍ مَا نَوَى
“Setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan”[1]
Kebiasaan dan hal yang mubah bisa menjadi pahala. Sebagaimana tidur adalah hal yang mubah, tetapi bisa berpahala.
Tentu lebih besar lagi niatnya jika anda semakin ikhlas dan semakin berilmu. misalnya anda hafal haditsnya dan teringat tentang hadits kemuliaan berwajah ceria dan anda ikhlas ketika melakukannya.
Mu’aadz bin Jabal radhiallahu ‘anhuberkata,
أَمَّا أَنَا فَأَنَامُ وَأَقُومُ وَأَرْجُو فِي نَوْمَتِي مَا أَرْجُو فِي قَوْمَتِي.
“Adapun aku, maka aku tidur dan sholat malam, dan aku berharap pahala dari tidurku sebagaimana pahala yang aku harapkan dari shalat malamku”[2]
Ibnu Hajr Al-Asqalani rahimahullahmenjelaskan,
وَمَعْنَاهُ: أَنَّهُ يَطْلُب الثَّوَاب فِي الرَّاحَة كَمَا يَطْلُبهُ فِي التَّعَب, لِأَنَّ الرَّاحَة إِذَا قُصِدَ بِهَا الْإِعَانَة عَلَى الْعِبَادَة حَصَّلَتْ الثَّوَاب
“Maknanya adalah ia mencari ganjaran pahala dalam istirahat sebagaimana ia mencarinya dalam kelelahan (ibadah), karena istirahat jika dimaksudkan untuk membantu dalam beribadah maka akan mendatangkan pahala”[3]
Jadi, jangan sampai kebiasaan-kebiasaan baik kita hanya sekedar kebiasaan semata atau mengalir begitu saja untuk kepentingan dunia tanpa ada orientasi akhirat.
Demikian semoga bermanfaat
[1] HR Al-Bukhari no 1 dan Muslim no 1907
[2] HR Al-Bukhari no 6923 dan Muslim no 1733
[3] Fathul Baari 8/62
Bagi yang men-Share InsyaAllah mendapat pahala yang berlimpah. Aamiin