Taujihat oleh Ust Muin
Rabu, 13 september 2017.
Kondisi Umat
Mencermati apa yang terjadi dalam lingkngan kita maupun dunia islam, yang merupakan kejadian besar, menuntut adanya perenungan dan usaha merefleksikan ajaran Al Quran terhadap apa yang kita hadapi dan kita lihat dalam dunia realitas.
Dalam tingkat internasional kita dapatkan perubahan di dunia arab. Yang terakhir kali dimana Saudi Arabia terjadi konflik cukup berat antara Qatar dan Saudi, adanya perubahan kekuasaan, putra mahkota dikudeta dan naiknya Muhammad Salman, adanya penangkapan ulama yang diindikasikan karena ulama tersebut hanya mendoakan agar hubungan Qatar dan Saudi baik lagi, atau karena tidak mau bicara tentang konfilik yang ada.
Demikian pula apa yag terjadi di Rohingya, dimana pelanggaran HAM kehormatan manusia terjadi di pelupuk mata begitu vulgar, yang tidak ada alasan kecuali kalau diungkapkan semakin tidak masuk akal.
Dikatakan bahwa orang-orang Rohingya bukan penduduk asli, bukan konflik agama tapi minyak. Yang lebih parah adalah sikap banyak negeri yang lebih cenderung membela kekufuran daripada tersayatnya hati mereka melihat saudara kita kaum muslimin diperlakukan sedemikian rupa.
Organisasi besar dan tokoh-tokoh banyak yang lebih memihak kepada pembelaan kepada kekufuran daripada membela kebenaran.
Begitupula ada usaha untuk menggagalkan dan mengusir kaum muslimin membangun mesjid dengan beralasan tidak berIMB, Isis, atau berpaham wahabi.
Refleksi Al Wala wal Bara Dalam Hidup
Tadi sudah Ust. Umar sudah menyampaikan dalam tilawah yang dibacakan,
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأَخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
Artiny : Sungguh pada diri Rasulullah bagi kalian ada teladan yang baik, bagi siapa yang bisa meneladani nabinya, yaitu siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah dalam pertemuan yang tidak dimurkai, dan berharap bertemu dengan hari akhir dalam keadaan bahagia, dan banyak mengingat Allah
Maka penting sekali adanya Shihhatul wala dan wuhudhul wala; kelurusan dan kejelasan loyalitas, dan ini terkait sekali dengan kejelasan tujuan hidup, yaitu Ridha Allah.
Kita penting melihat bahwa mencari ridha Allah adaah sesuatu yang besar, dan Allah juga menegaskan bahwa _wa ridhwanun minallah akbar, ridha Allah lebih besar dari pada pahala yang disebutkan sebelumnya dalam ayat tersebut.
Maka marilah kita menghadirikan Sumuwwul ghayah wa Adhamatul Hadaf ketinggian dan keagungan tujuan. Yaitu ridha Allah. Dan ingatlah bahwa dagangan Allah itu mahal. "Alaa inna sil'atallahi ghaliyah, alaa inna sil'atallahil jannah" Ketahuilah dagangan Allah itu mahal, ketahuilah dagangan Allah itu mahal.
Allah menawari kita untuk berdagang denganNya. "Waman aufa bi'ahdihi minallah" Siapa yang lebih setia dengan janjinya daripada Allah. Maka bergembiralah dengan tawaran yang Allah berikan.
Ketika wala kita jelas dan tujuan kita jelas, maka ketika dihadapakan pada problem yang begitu besar maka kita tidak goyah, sekalipun harus mengobankan jiwanya.
Seperti kata Rasulullah _kun abdallah Al Maqtuul wala takun abdallah Al Qatil_ Jadilah hamba Allah yang terbunuh dan jangan menjadi hamba Allah yang membunuh.
Kalau orientasinya bukan akhirat dan tidak jelas, maka kita memilih untuk tidak terlibat daripada harus terlanjur menindas dan menumpahkan darah orang lain.
Kalau haq dan batil jelas, maka sikapnya juga harus jelas. Seperti yang terjadi pada Perang Badar.
لَّا تَجِدُ قَوۡمً۬ا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ وَلَوۡ ڪَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٲنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَہُمۡۚ
Artinya : Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka
Akibat Ketidakjelasan Orientasi
Tentang tergelincirnya para ulama, cendekiawan, pemimpimpin islam yang secara umum Allah mengatakan,
وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱلَّذِىٓ ءَاتَيۡنَـٰهُ ءَايَـٰتِنَا فَٱنسَلَخَ مِنۡهَا فَأَتۡبَعَهُ ٱلشَّيۡطَـٰنُ فَكَانَ مِنَ ٱلۡغَاوِينَ . وَلَوۡ شِئۡنَا لَرَفَعۡنَـٰهُ بِہَا وَلَـٰكِنَّهُ ۥۤ أَخۡلَدَ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ وَٱتَّبَعَ هَوَٮٰهُۚ فَمَثَلُهُ ۥ كَمَثَلِ ٱلۡڪَلۡبِ
Artinya : Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syaitan, maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing.
Subhanallah ulama yang memahami islam tapi kacau dalam orientasi hidupnya, maka kacau dalam loyalitas hidupnya, sampai ia diumpamakan seperti anjing.
Menguatkan Orientasi Akhirat
Marilah kita menguatkan oreintasi akhirat kita, mencari ridha Allah. Dalam penguatan orientasi akan tumbuh al wala wal bara dengan kuat. Seperti sikap Erdogan dan istrinya. Mudah-mudahan sikap ini menjadi sebuah perbaikan ketika Allah menjadikan masalah rohingnya sebagai titik perubahan sikap presiden Chechnya dan membuat dia memihak kepada kaum musllimin.
Dalam hadits, banyak sekali menyanjung Bani Tamim sebagai "Asyaddunnas alad Dajjal" Dan seperti kata Syekh Yusuf Al Qardhawi, bahwa Qatar diharapkan, sebagai keturunan Bani Tamim, memback-up Hamas dan menjadi simpinan kaum muslimin untuk menghadapi Dajjal di kemudian hari..
Inilah yang saya perlu tegaskan. Orientasi mencari ridha Allah akan terefleksi dalam muamalah dan pola interaksi kita, seperti ketawadhuan dalam muamalah.
Contohnya Rasulullah. Ketika ada yang gemetaran karena kewibawaan Rasulllah, maka beliau berkata "Saya hanya anak wanita yang makan dendeng"Jangan kultuskan saya tidak lain saya hanya hamba Allah dan utusannya"
Walapun di suatu saat beliau berkata Quumuu lisayyidikum ( berdirilah untuk pemimpin kalian ). Ana sayyidu waladi aadam walaa fakhra (Aku adalah penghulu anak adam dan bukan untuk berbangga).
Tetapi dalam interaksi, ketawadhuhan beliau sangat luar biasa.
Maka saya harapkan setiap kita bisa mesra dengan pemimpin kita, teman sejawat, dan saudara yang ktia pimpin, sebab riayah itu berarti kelembutan..
Inilah yang bisa saya sampaikan. Mudah-mudahan kejelasan orientasi membuat kita kokoh di jalan Allah, walaupun dalam keadaan fitnah yang menimpa.
Dan semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment