Diantara kiat agar tetap istiqomah dalam ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, paling tidak ada lima hal yang harus kita lakukan pasca Ramadhan:
1) ISTIGHFAR
Kita semua menyadari bahwa dalam amalan-amalan kita banyak sekali kekurangan, maka sepatutnya untuk kita memohon ampun kepada Allah 'azza wa jalla.
Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
والاستغفــار ختــام اﻷعمــال الصــالحــة كلهــا ؛ فتختــم بــه الصــلاة والحــج وقيــام الليــل ، ويختــم بــه المجــالــس ؛فــإن كــانت ذكــراً كــان كــالطــابــع عليهــا ، وإن كــانت لغــواً كــان كفــارة لهــا ، فكــذلك ينبغــي أن يختــم صيــام رمضــان بالاستغفــــار . كــتب عــمــر بــن عبــدالعــزيــز إلــى اﻷمصــار يــأمــرهــم بختــم رمضــان بالاستغفــار والصــدقــة صــدقــة الفطــــر ، فــإن صــدقــة الفطــر طهــرة للصــائــم مــن اللغــووالــرفــث ، والاستغفــار يــرقــع مــا تخــرق مــن الصيــام باللغــو والــرفــث
"Istighfar (memohon ampun dosa) adalah penutup semua amal shalih, dengan istighfar ditutup amalan sholat wajib, haji dan sholat malam. Juga majelis-majelis; apabila itu majelis dzikir maka istighfar seakan menjadi tanda yang mengesahkannya, dan apabila itu majelis lalai maka istighfar menjadi penebusnya.
Demikian pula sepatutnya untuk menutup puasa Ramadhan dengan istighfar. Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah menulis sebuah perintah kepada rakyatnya di berbagai daerah untuk menutup bulan Ramadhan dengan istighfar dan zakat fitri.
Karena sesungguhnya zakat fitri dapat menyucikan orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan kata-kata kotor ketika berpuasa. Sedang istighfar dapat memperbaiki puasa yang telah dirusak oleh perbuatan yang sia-sia dan kata-kata kotor tersebut." [Lathaiful Ma'arif, hal. 383]
Apabila kita menyadari kekurangan-kekurangan kita dalam beramal dan memohon ampun kepada Allah 'azza wa jalla maka insya Allah kita akan selamat dari penghancur amalan, yaitu riya' dan sum'ah ketika beramal, serta ujub dan sombong setelah beramal.
2) BERSYUKUR
Selama Ramadhan, bahkan sepanjang hidup kita, banyak sekali limpahan kenikmatan dari Allah tabaraka wa ta’ala, baik nikmat duniawi maupun nikmat agama, yaitu nikmat beribadah kepada-Nya, khususnya di bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Maka untuk semua kenikmatan tersebut wajib kita syukuri, walau untuk bersyukur secara hakiki tidaklah mampu kita lakukan. Akan tetapi Allah yang Maha Penyayang telah berjanji untuk menambah nikmat-Nya apabila kita bersyukur.
Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
على كل نعمة على العبد من الله في دين أو دنيا يحتاج إلى شكر عليها ثم للتوفيق للشكر عليها نعمة أخرى تحتاج إلى شكر ثان ثم التوفيق للشكر الثاني نعمة أخرى يحتاج إلى شكر أخر وهكذا أبدا فلا يقدر العبد على القيام بشكر النعم وحقيقة الشكر الاعتراف بالعجز عن الشكر
“Atas setiap nikmat dari Allah untuk seorang hamba, baik nikmat agama maupun dunia wajib disyukuri, kemudian ketika ia dimampukan bersyukur maka itu adalah kenikmatan lain yang wajib disyukuri yang kedua, kemudian ketika ia dimampukan bersyukur yang kedua maka itu juga kenikmatan yang wajib disyukuri berikutnya, demikian seterusnya, seorang hamba tidak akan mampu mensyukuri semua kenikmatan, oleh karena itu hakikat syukur adalah pengakuan atas ketidakmampuan hamba dalam bersyukur.” [Lathooiful Ma’aarif: 244]
Kalau kita menyadari hal ini, maka mengapakah kita berani bermaksiat kepada Allah ta’ala, padahal kenikmatan-kenikmatan yang dianugerahkan kepada kita belum juga kita syukuri secara hakiki.
3) HARAP DAN CEMAS
Sedikit ibadah yang kita lakukan selama Ramadhan dan di sepanjang hidup kita, hendaklah kita senantiasa berharap kepada Allah ta’ala agar diterima, dan takut kepada-Nya, jangan sampai ibadah kita tidak diterima.
Maka tidaklah patut kemudian kita menyombongkan diri dengan ibadah-ibadah yang belum tentu diterima tersebut, apalagi merasa sudah kembali kepada fitrah, bersih dari dosa, dan menjadi pembenaran untuk berbuat dosa lagi.
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha berkata,
يا رسول الله، { وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ } ، هو الذي يسرق ويزني ويشرب الخمر، وهو يخاف الله عز وجل؟ قال: “لا يا بنت أبي بكر، يا بنت الصديق، ولكنه الذي يصلي ويصوم ويتصدق، وهو يخاف الله عز وجل
“Wahai Rasulullah, (tentang firman Allah ta’ala), ‘Dan orang-orang yang telah memberikan apa yang telah mereka beri, dan hati-hati mereka dalam keadaan takut’, apakah yang dimaksud adalah orang yang mencuri, berzina dan minum khamar, sehingga ia takut kepada Allah ‘azza wa jalla? Beliau bersabda: Tidak wahai anaknya Abu Bakr, wahai anaknya Ash-Shiddiq, akan tetapi ia adalah orang yang sholat, berpuasa dan bersedekah, maka ia takut kepada Allah ‘azza wa jalla (akan tidak diterimanya ibadah yang ia kerjakan).” [HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, Ash-Shahihah: 162]
4) BERTAKWA
Inilah diantara hikmah puasa Ramadhan dan seluruh ibadah, agar kita makin bertakwa kepada Allah ta’ala. Dan dengan bekal ketakwaan inilah kita dapat menghadapi makar setan serta dorongan hawa nafsu untuk berbuat maksiat, oleh karena itu setelah berpuasa bulan Ramadhan kita disunnahkan untuk berpuasa sunnah di bulan Syawwal.
Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
بعد شهر رمضان وبعد أن أدى المسلمون ما أدوا فيه من عبادة الله قد يلحق بعض الناس الفتور عن الأعمال الصالحة؛ لأن الشيطان يتربص بعباد الله الدوائر ويقعد لهم بكل صراط، وقد أقسم أن يأتي بني آدم من بين أيديهم ومن خلفهم وعن أيمانهم وعن شمائلهم وقال: {لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ} [الأعراف:16] ولكن العاقل إذا تبصر واعتبر علم أنه لا انقطاع للعمل الصالح إلا بالموت، لقول الله تعالى: {وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ} [الحجر:99]
“Setelah bulan Ramadhan dan setelah kaum muslimin mengerjakan sejumlah ibadah kepada Allah di bulan itu, bisa jadi sebagian manusia melemah semangatnya untuk beramal shalih. Karena setan selalu menunggu kesempatan untuk dapat menjerumuskan hamba-hamba Allah dan menghalangi mereka dari jalan yang lurus dengan segala cara, dan sungguh ia telah bersumpah untuk mendatangi anak Adam dari arah depan, belakang, kanan dan kiri seraya berkata:
لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
“Sungguh aku benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus.” (Al-A’raf: 16)
Akan tetapi orang yang berakal, apabila ia melihat dengan ilmu dan mengambil pelajaran maka ia pun mengetahui bahwa tidak boleh putus amal shalih kecuali dengan kematian, berdasarkan firman Allah ta’ala:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang kepadamu kematian.” (Al-Hijr: 99).” [Liqo’ Al-Baabil Maftuh no. 86]
Dan dengan kembali beribadah serta beramal shalih pasca Ramadhan, khususnya puasa sunnah 6 hari di bulan Syawwal, semoga menjadi tanda diterimanya amal ibadah kita selama Ramadhan.
Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah menerangkan diantara hikmah puasa sunnah Syawwal,
أن معاودة الصيام بعد صيام رمضان علامة على قبول صوم رمضان فإن الله إذا تقبل عمل عبد وفقه لعمل صالح بعده كما قال بعضهم : ثواب الحسنة الحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم اتبعها بعد بحسنة كان ذلك علامة على قبول الحسنة الأولى كما أن من عمل حسنة ثم اتبعها بسيئة كان ذلك علامة رد الحسنة و عدم قبولها
“Bahwa membiasakan puasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhan, karena sesungguhnya Allah apabila menerima amalan seorang hamba, maka Allah memberikan kemampuan kepadanya untuk beramal shalih lagi setelahnya, sebagaimana kata sebagian ulama: Ganjaran kebaikan adalah kebaikan setelahnya, barangsiapa melakukan suatu kebaikan kemudian ia ikutkan dengan kebaikan yang lain maka itu adalah tanda diterimanya amal kebaikannya yang sebelumnya, sebagaimana orang yang melakukan kebaikan kemudian ia ikutkan dengan kejelekan maka itu adalah tanda ditolaknya kebaikan yang telah ia kerjakan dan tidak diterima.” [Lathooiful Ma’aarif: 244]
5) BERDOA
Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
قال بعض السلف كانوا يدعون الله ستة أشهر أن يبلغهم شهر رمضان ثم يدعون الله ستة أشهر أن يتقبله منهم. خرج عمر بن عبد العزيز رحمه الله في يوم عيد فطر فقال في خطبته: أيها الناس إنكم صمتم لله ثلاثين يوماً وقمتم ثلاثين ليلةً وخرجتم اليوم تطلبون من الله أن يتقبل منكم
"Sebagian Salaf berkata: Bahwa mereka dahulu berdoa kepada Allah selama enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa enam bulan agar Allah menerima amalan mereka.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata dalam khutbahnya di Hari Raya Idul Fitri: Wahai manusia, sesungguhnya kalian telah berpuasa untuk Allah selama 30 hari dan sholat tarawih selama 30 malam, maka hari ini kalian keluar untuk memohon kepada Allah agar berkenan menerima amalan kalian." [Lathooiful Ma’aarif, hal. 209]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment