TAUHID SESUAI DENGAN AKAL SEHAT DAN FITRAH MANUSIA
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا
“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Dia mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): 'Bukankah Aku ini Rabbmu (satu-satunya yang pantas disembah)?' Mereka menjawab: 'Betul, kami bersaksi'.” [Al-A’rof: 172]
TAUHID ADALAH TABIAT DASAR MANUSIA
Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa fitrah, tabiat dasar manusia diciptakan dalam keadaan beriman kepada Allah ta’ala sebagai satu-satunya Rabb yang pantas disembah. Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thobari rahimahullah berkata,
يقول تعالى ذكره لنبيه محمد صلى الله عليه وسلم: واذكر يا محمد ربَّك إذ استخرج ولد آدم من أصلاب آبائهم، فقرَّرهم بتوحيده، وأشهد بعضهم على بعض شهادَتَهم بذلك، وإقرارَهم به
“Allah ta’ala dzikuruhu berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam: Wahai Muhammad, ingatlah ketika Rabbmu mengeluarkan anak Adam (manusia) dari sulbi orang tua mereka, maka Allah menetapkan bagi mereka kewajiban mentauhidkan-Nya, dan Allah mempersaksikan antara mereka satu dengan yang lainnya atas persaksian dan pengakuan mereka tersebut.” [Tafsir Ath-Thobari, 13/222]
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
يُخْبِرُ تَعَالَى أَنَّهُ اسْتَخْرَجَ ذُرِّيَّةَ بَنِي آدَمَ مِنْ أَصْلَابِهِمْ، شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّ اللَّهَ رَبُّهُمْ وَمَلِيكُهُمْ، وَأَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كَمَا أَنَّهُ تَعَالَى فَطَرَهُمْ عَلَى ذَلِكَ وَجَبَلَهُمْ عَلَيْهِ
“Allah ta’ala mengabarkan bahwa Dia telah mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbi-sulbi mereka dalam keadaan bersaksi atas diri-diri mereka sendiri bahwa Allah adalah Rabb dan Penguasa mereka, dan bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Dia, sebagaimana Allah telah menciptakan fitrah dan menetapkan tabiat dasar mereka dalam keadaan mentauhidkan-Nya.” [Tafsir Ibnu Katsir, 3/500]
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,
أَخذ الله الْمِيثَاق من ظهر آدم بنعمان يَعْنِي عَرَفَة فَأخْرج من صلبه كل ذُرِّيَّة ذَرَاهَا فَنَثَرَهُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ كَالذَّرِّ ثُمَّ كَلَّمَهُمْ قِبَلًا قَالَ: أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غافلين أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ المبطلون
“Allah telah mengambil perjanjian dari punggung Adam di Na’man (Arafah), maka Allah mengeluarkan dari sulbinya setiap keturunan yang Allah ciptakan (sampai hari kiamat), lalu Allah menebarkannya di hadapannya seperti semut-semut, kemudian Allah berbicara di hadapan mereka:
أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غافلين أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ المبطلون
"Bukankah Aku ini Rabbmu (satu-satunya yang pantas disembah)?" Mereka menjawab: "Betul, kami bersaksi". (Kami (Allah) lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)", atau agar kamu tidak mengatakan :
"Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Rabb sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?" (Al-A’raf: 172-173).”
[HR. Ahmad dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma, Ash-Shahihah: 1623]
No comments:
Post a Comment