بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
SYIRIK ADALAH PENCEMARAN TERHADAP FITRAH YANG SUCI
Asy-Syaikh Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahumallah berkata,
“Syirik adalah perbuatan yang keluar dan menyimpang dari fitrah, oleh karena itu terdapat sebuah hadits qudsi dalam Shahih Muslim, Allah ta’ala berfirman,
وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ
“Dan aku menciptakan hamba-hamba-Ku seluruhnya dalam keadaan hunafa’ (berpaling dari syirik dan mentauhidkan Allah), dan sesungguhnya setan-setan mendatangi mereka, lalu memalingkan mereka dari agama mereka.” (HR. Muslim dari ‘Iyadh bin Himar Al-Mujasyi’i radhiyallahu’anhu)
'Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hunafa’ maknanya di atas fitrah, yaitu tauhid. Namun setan mendatangi mereka, lalu memalingkan mereka, artinya menyesatkan mereka dari agama (tauhid) kepada syirik.” [Min Ma’alimit Tauhid, hal. 11-12]
SYIRIK BERTENTANGAN DENGAN AKAL YANG SEHAT
Asy-Syaikh Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahumallah juga berkata,
“Adapun kesesuaian tauhid dengan akal yang sehat adalah karena akal yang sehat, yang belum tersesat dan belum menyimpang, tidak akan pernah ridho terhadap selain tauhid dan tidak akan pernah menerima kecuali tauhid; adakah orang yang memiliki akal yang sehat meridhoi berbilangnya sesembahan?! Atau bergantung kepada kubah-kubah dan tanah kuburan yang disembah?!
أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ
“Manakah yang baik, sesembahan-sesembahan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Tidaklah yang kamu sembah selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu.” (Yusuf: 39-40).” [Min Ma’alimit Tauhid, hal. 13]
PERINGATAN KERAS UNTUK SETIAP ORANG TUA DAN PENDIDIK
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, atau Nasrani atau Majusi.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
Hadits yang mulia ini mengandung peringatan keras bagi setiap orang tua dan pendidik untuk menjaga tauhid anak keturunan mereka, karena bisa jadi, orang terdekat yang paling menyayangi seorang anak justru menjadi setan-setan yang menyesatkan, sadar atau tidak.
Asy-Syaikh Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahumallah berkata,
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda dalam hadits tersebut,
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, atau Nasrani atau Majusi.”
Beliau tidak berkata,
أَوْ يُسَلمانِهِ
“Atau menjadikannya seorang Muslim (bertauhid)”.
Sebab ia telah tumbuh dan terlahir di atas fitrah (tauhid), maka tauhid adalah agama fitrah, adapun kesyirikan dan kebatilan serta kesesatan yang lainnya, semua itu bertentangan dan berseberangan dengan fitrah manusia.” [Min Ma’alimit Tauhid, hal. 13]
[Disadur dari buku TAUHID, PILAR UTAMA MEMBANGUN NEGERI, Cet. Ke 2 1437 H, karya Ustadz Sofyan Chalid Ruray, Lc hafizhahullah]
Mohon sebarkan/share kepada saudara saudari kita yang lain dan semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment